Monday, February 6, 2012

Fun Rafting


Elo merupakan sungai yang berada di wilayah Magelang, Jawa Tengah. Sungai yang cukup bersahabat untuk para pengarung newbie yang ingin merasakan sensasi arung jeram. Sungai ini memiliki karakteristik jeram yang tidak begitu ‘ganas’ dengan tikungan yang cukup tajam. Sungai Elo termasuk kedalam sungai grade II - III. Jalur pengarungan sungai tersebut  +/- 12 kilometer dengan waktu tempuh 4 – 5 jam.
Hari minggu, 16 Oktober 2011. Saya berangkat dengan segenap tim yang berjumlah 24 orang. Berbekal  perahu karet dengan segala perlengkapan mengarung, kami berangkat dari Fakultas Psikologi UGM dengan kendaraan bermotor menuju Magelang. Kami tidak langsung menuju sungai Elo, melainkan ke rumah Mas Rosyid terlebih dahulu. Mas Rosyid merupakan orang yang bisa dikatakan koordinator kami apabila akan melakukan pengarungan di sungai Elo. Rumah Mas Rosyid digunakan sebagai basecamp para pengarung dari berbagai wilayah yang akan melakukan pengarungan di sungai Elo. Rumah Mas Rosyid terletak sekitar 100 meter dari candi Mendut. Candi yang gambarnya umum ditemukan saat kita membaca buku sejarah waktu SMA. Kami menggunakan empat perahu karet dengan kapasitas tiap perahu 5–7 orang.  Panas cukup terik kala itu. Kami melakukan persiapan,  memompa perahu dan mengecek peralatan.

Start!
Semua siap! Kami berangkat ke start dengan menyewa 2 pick up yang membawa kami sekaligus empat perahu karet dan juga semua peralatan. Sampai di start, terlihat banyak turis wisatawan baik lokal maupun mancanegara berkumpul untuk melakukan pengarungan. Kami melakukan persiapan dilanjutkan pemanasan untuk menghindari cidera saat pengarungan berlangsung.
Sungai Elo dalam keadaan yang bisa dibilang surut waktu itu. Hujan belum mengguyur Magelang sehingga debit air menurun. Padahal, arung jeram akan lebih menantang ketika sungai dalam keadaan banjir. Tetapi  tidak masalah bagi kami, dalam keadaan seperti itupun sungai Elo akan memberikan perlawanan yang cukup membuat adrenalin kami naik  turun.
 Semua perahu diturunkan ditepian sungai. Wajah – wajah bersemangat menandakan kesiapan untuk mengarungi jeram sungai Elo yang eksotis. Setiap perahu di-skipper-i oleh teman–teman divisi air Palapsi (Pecinta Alam Psikologi) UGM yang sudah berpengalaman dalam bidang arung jeram dan yang sudah dikategorikan sebagai Profesional. Skipper adalah sebutan untuk juru mudi yang bertugas mengontrol dan mengendalikan perahu saat arung jeram berlangsung. Satu persatu perahu karet diberangkatkan. Dalam prinsip arung jeram secara berkelompok, perahu yang berangkat pertama tidak langsung berangkat meninggalkan perahu lain, melainkan menunggu di spot–spot tertentu hingga perahu berikutnya menghampiri sehingga tidak ada perahu yang tertinggal dan dapat melakukan rescue apabila perahu lain terjadi hal yang tidak diinginkan. Semua perahu mulai turun. Arus di jalur pemberangkatan cukup tenang. Kami melakukan pemanasan mendayung sekaligus menyesuaikan diri dengan posisi masing-masing.

Let’s!
            Setelah pemanasan mendayung sekitar 15 menit, kami mulai melakukan pengarungan. Tancaap!. Kami mulai mengayuh dayung secara bersamaan sesuai tempo. Perahu karet mulai menjelajahi lintasan air dengan kontrol kemudi sang skipper. Satu-persatu jeram kami lewati. Wow! Perahu mulai terguncang karena arus. Skipper berteriak memberikan instruksi agar perahu tetap dalam kondisi seimbang. Kerjasama tim memang sangat dibutuhkan saat arung jeram.
Beberapa waktu kemudian, kami berhenti di suatu spot sebelum melewati jeram yang cukup terkenal di sungai Elo bernama jeram ringin. Saat berhenti, kami melakukan scouting. Scouting diartikan menentukan posisi dimana lintasan yang akan kita lewati pada suatu jeram. Biasanya, scouting dilakukan diatas tebing di pinggiran sungai. Saat scouting saya juga diajari membaca arus dan memahami beberapa istilah yang dipakai dalam arung jeram. Setelah selesai menentukan lintasan yang akan dilewati, kami kembali ke perahu dan bersiap melewati jeram ringin. Jeram ringin berarus deras dengan dibetengi batuan kali berukuran besar. Tangan mulai mengayuh dayung dengan sekuat tenaga. Semua bersiap. Perahu terguncang, air sungai menciprat membasahi  seluruh isi perahu. Sesekali perahu menabrak batuan besar  yang nyaris membuatku jatuh terlempar. “Kiri tarik! Awas kanan ada stopper!” teriak skipper dengan lantang. Pendayung kiri melakukan dayung tarik agar posisi perahu bergeser ke kiri. Setelah melewati stopper di sisi kanan, skipper kembali berteriak “kanan balas! Ayo dayung yang kuat!”. Whoooaaa! Kami semua berteriak penuh semangat dan terus berusaha agar perahu tetap seimbang melewati jeram. Akhirnya, jeram ringin terlewati dengan mulus. Kami kembali berteriak–teriak sambil tetap mendayung mengarahkan perahu melaju pelan sambil menunggu perahu dibelakang kami berhasil melewati jeram tersebut.
Stopper merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut batuan besar di sungai yang menghalangi jalur pengarungan. Selain stopper, masih banyak lagi istilah yang biasa digunakan saat mengarung jeram, seperti on sight, mainstream, pillow, reversal, dll. Istilah–istilah tersebut digunakan agar ada perpaduan bahasa dan mempermudah antar individu dalam tim mengkomunikasikan sesuatu yang berhubungan dengan pengarungan.
Yap! Keempat perahu berhasil melewatinya. Tampak wajah – wajah penuh kegembiraan semakin mendekati perahu karet yang saya naiki. Kami kembali meneruskan pengarungan. Beberapa waktu  kemudian, kami berhenti di suatu spot yang berarus tenang. Diperkirakan kedalaman lokasi tersebut sekitar tiga meter. Kami berlatih penyelamatan. Penyelamatan yang dilakukan ketika ada tim dalam perahu yang terjatuh. Semua tim turun. Pertama, kami berlatih mengangkat  teman ke atas perahu. Latihan ini digunakan ketika ada teman yang terjatuh di sungai dan kita berusaha menaikkannya kembali. Kedua, kami berlatih naik ke perahu tanpa bantuan orang lain. Latihan ini digunakan apabila kita terjatuh di sungai dan ingin kembali ke atas perahu. Tak semudah yang aku bayangkan untuk melakukan ini. Kekuatan bertumpu pada tangan seperti gerakan pull up, kaki tidak boleh membuka seperti memanjat tembok tetapi posisi dibawah, melakukan gerakan seperti berenang  agar tubuh mendapat tekanan ke atas. Sekitar 30 menit berlalu, kami kembali meneruskan pengarungan. Air sungai Elo terlihat hijau, dikelilingi pohon–pohon besar di penggiran sungai.
Diperjalanan, kami melewati beberapa jeram yang cukup menguras tenaga. Sejenak saya minum untuk membasahi tenggorokan. Tibalah saatnya di jeram plintir. Jeram yang menyajikan arus deras dan tikungan tajam. Dibalik keindahan dan pesonanya, alam memang menyimpan sejuta bahaya yang kapan saja dapat terjadi. Di jeram plintir, terdapat memoriam seorang pengarung jeram dari Mapagama (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada) yang meninggal di jeram tersebut beberapa bulan yang lalu. Ya, semua yang dilakukan pasti ada resikonya. Tetapi dengan perencanaan yang matang dan standar keamanan yang memadai dapat meminimalisir resiko yang sewaktu–waktu dapat terjadi. Sebelum melewati jeram plintir, kami berhenti dan melakukan scouting yang kedua. Scouting dilakukan agar kita tahu benar posisi yang tepat untuk dilalui, mengingat jeram ini cukup berbahaya dan telah memakan korban. Scouting selesai, kami semua berdoa agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Never Give Up!!!
            Semua bersiap. tim perahu saya yang pertama mengarungi jeram plintir. “never give up!” teriakan kami dengan lantang sambil mengangkat dayung ke atas. Mengumpulkan semua tenaga diimbangi semangat dan tentunya doa agar kami dapat melewati jeram plintir dengan selamat. Perahu mulai bergerak mendekati jeram plintir. Skipper mulai mengatur arah perahu. Arus semakin deras. Air mulai mengguyur seisi perahu. “semua tambah powernya!” teriak skipper. “kanan tarik! Lewat sisi kanan stopper!” aba–aba skipper sambil terus mengontrol laju perahu. perahu mulai melewati sisi kanan stopper. Tiga perempat badan perahu telah melewati stopper tapi tiba-tiba “draaaak” sisi kiri perahu tertabrak stopper. Perahu langsung berbelok mengarah ke tebing di tepian sungai. Arus begitu deras. “semua tenang!” ujar skipper yang bermaksud memberi penjelasan agar kita tidak panik. “Whoaaaaaa!” haluan perahu menghantam tebing pinggiran sungai. Sisi belakang perahu terdorong arus. Perahu bergerak memutar. Skipper dengan kerjasama tim terus berusaha mengendalikan perahu agar haluan kembali di depan. Perahu mulai dapat dikendalikan. Posisi haluan kembali berada di depan. Kami terus mendayung dengan tempo yang lebih cepat. Akhirnya, jeram plintir telewati dengan selamat. Kami langsung menuju spot di pinggir sungai, menunggu perahu lain berhasil melewati jeram ringin.
            Semua perahu dapat melewati jeram ringin dengan baik. Kami melanjutkan pengarungan. Melewati berbagai jenis jeram yang menantang. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di jeram T. Jeram ini berbentuk tikungan tajam seperti huruf T. Setelah berhasil melewati jeram T, kami berhenti di lokasi yang sering digunakan untuk beristirahat. Lokasi ini tepat berada di sisi kanan jeram T. Semua tim turun dari perahu. kami semua berkumpul untuk mengisi perut yang sudah sangat lapar. Tim konsumsi membagikan makanan yang langsung saja saya makan dengan lahap. Perut sudah terisi. Kali ini kami akan melakukan latihan self rescue. Orang–orang Jawa sering menyebutnya dengan istilah ngintir. Hehehe..
            Kami ngintir melewati jeram T. Saat ngintir, posisi badan tidur telentang. Kepala sedikit condong ke depan guna melihat arah arus dan halangan yang ada di depan kita. “blurrrrr” aku melompat ke sungai dan segera mengkondisikan badan terlentang. Tangan dan kaki terus bergerak mengontrol badan agar tetap dalam posisi aman. Karena debit air yang menurun, beberapa kali tubuhku terkena batu di dasar air. Cukup sakit memang, tapi rasa sakit itu hilang karena ngintir terasa sangat mengasikkan. Hehehe. Setelah melewati jeram T, aku masih terus mengapung mengikuti arus. Dari kejauhan, seorang teman melempar throw bag kearahku. Throw bag adalah tali yang diujungnya diberi tas pemberat yang berfungsi untuk menarik teman yang terseret arus untuk ditarik menuju ke tepi.
Ngintir selesai. Rasa lelah yang sebelumnya memuncak mulai hilang saat istirahat tadi. Tubuh telah siap kembali mengarungi sungai Elo yang menawan. Aku dan semua tim melanjutkan pengarungan. Beberapa kali kami melewati jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda - beda.

Finish!
Sekitar satu setengah  jam kemudian kami mendekati finish. Arus mulai tenang. Tampak di depan masih ada satu jeram yang belum terlewati. “ayo semua dayung yang kuat! Jeram terakhir! Semangaat!” dan tidak lama kemudian jeram terakhir sukses dilewati. Dengan raut muka penuh kegembiraan kami sampai di finish.
Arung jeram kali ini seru dan menyenangkan. Segala bentuk mahakarya alam memang menyajikan berbagai keindahan, tantangan dan eksotisme yang tiada akhir. Dari situlah manusia akan mengucap rasa syukur atas segala yang diberikan Sang Pencipta kepadanya.

Fun Siung


Berawal dari ajakan anak Palapsi di bawah tangga gedung K Fakultas Psikologi yang bernama Hanif. “eh,ikut fun siung yuk!” kapan? “Minggu depan” (dengan logat bahasa jawa). Tanpa banyak mikir,langsung saja aku ikut daftar karena sudah lama juga aku ngga ikut acara yang berhubungan dengan alam. Ehehe.
Langsung saja pada tanggal 06/10/2011 aku datang ke sekret Palapsi jam 6 sore untuk melaksanakan technical meeting fun siung. Baru sampai di sekret aku langsung bertanya dengan salah satu mas mas yang berkumpul di depan sekret. “TM nya dimana mas?” “oh.. disana” sambil menunjuk tempat yang biasa disebut anak - anak psikologi dengan sebutan kandang kuda (padahal fakultas psikologi ngga punya kuda hahaha). Sampai di kandang kuda langsung saja teman - teman dari Palapsi menyapa dan mengajak kenalan. Acara TM belum dimulai. “mau nyoba border-an ngga?” tanya salah satu teman Palapsi kepadaku. Langsung saja aku meng-iyakan pertanyaan tadi. Dengan sedikit pemanasan, didampingi oleh teman - teman Palapsi yang tanpa merasa dirinya lebih hebat, mengajari berbagai tekhnik memanjat yang menurutku susah - susah gampang. Setelah kurang lebih  setengah jam dan tangan terasa mulai pegal, latihan border dihentikan dan acara TM dimulai. Di tempat yang sama, tanpa rasa sungkan, jaim ataupun sombong, teman - teman Palapsi mengajakku kenalan dibarengi dengan canda tawa ga jelas. Technical meeting dimulai. Pada akhirnya, aku ditunjuk sebagai koor kelompok yang beranggotakan Pai, Ili,mas Gerry, mbak Dian, dan the biggest Fajar (maklum,badannya segede jin botol hahaha). Kami berkumpul membahas menu yang akan dilombakan saat acara fun siung. Selesai berunding, menu yang kami pilih adalah terong balado dan soto. Setelah bertukar nomor untuk mempermudah koordinasi, aku langsung pulang karena badan mulai terasa lelah.
Pemberangkatan (sekret Palapsi) 08/10/2011
Packing beres,siap meluncur ke kampus dengan membawa tas carrier ukuran sedang berisi perlengkapan pribadi dan perlengkapan kelompok. Sampai di kampus, sekret masih sepi. Hanya ada beberapa teman yang sedang mempersiapkan barang bawaannya. Maklum, jam masih menunjukkan pukul 07.30 sedangkan pemberangkatan pukul 10.00. Aku datang lebih cepat karena memang sudah janjian dengan Ili belanja sayur dan bahan bahan lain untuk keperluan kelompok ke pasar. Setelah menunggu sebentar di sekret, Ili datang dan beberapa menit kemudian kami langsung berangkat ke pasar daerah gejayan yang saya sendiri kurang tahu apa nama pasar tersebut karena baru pertama kesana.
Sampai di pasar, tanpa basa - basi Ili langsung menanyakan bahan apa saja yang kita butuhkan. Kemudian mencari penjual bahan - bahan tersebut. Dengan modal Rp.24.000,00 akhirnya kami bisa membeli belanjaan sesuai rencana dan kembali ke kampus. Alhamdulillah yah..
Setelah sampai di sekret, aku langsung menata ulang bawaan dan memasukkan belanjaan kedalam tas carrier. “Yap,beres!”. Tinggal menunggu pemberangkatan. Sekitar pukul 10.00 lebih, teman - teman sudah berkumpul dan bersiap. Sebelum berangkat, didakan breefing dilanjutkan menyanyikan lagu Palapsi. Aku mendapat urutan kendaraan ke-6 berboncengan dengan mbak Justin. Semua sudah siap dan berangkaaaat!
Pantai Siung 08/10/2011 pukul 13.00
Kloter pemberangkatan pertama sudah sampai di pantai Siung. Keadaan cukup panas, beberapa teman terlihat lelah karena perjalanan yang cukup jauh,memakan waktu kurang lebih 2 jam. Sekitar setengah jam kemudian, rombongan kloter kedua sampai. Ada yang tiduran, ada yang berkumpul di warung karena sudah kelaparan (termasuk aku). Sambil menyantap mie goreng, kami bercanda satu sama lain. Setelah perut terisi, kami langsung bermain di tepian pantai. Ada yang duduk meratapi statusnya yang masih jomblo ditemani angin yang bertiup cukup kencang,ada yang bermain bola, ada juga yang berfoto ria dengan segala ekspresi kegembiraan.
Panas matahari mulai redup, semua teman cowok ramai - ramai bermain sepak bola. Sepak bola tanpa aturan. Jumlah pemain tidak imbang, main keroyok, tumpang tindih ga karuan. Tapi, semua bermain penuh dengan keceriaan. Yang penting hepiii! Hahaha
Pukul 16.30 semua berkumpul di tepi pantai. Bermain game dan menentukan yel – yel kelompok masing – masing. Salah satu game yang cukup seru adalah titanic. Game yang satu ini membuat peserta kalang kabut mencari kelompok yang jumlahnya harus sesuai instruksi pembawa acara. Hari mulai senja. Game selesai. Aku dan teman - teman berjalan ke salah satu tebing di pinggiran pantai untuk melihat sunset (padahal sudah telat). Sampai diatas tebing, untuk mengganti kegagalan melihat sunset, kami berfoto sejenak sebelum kembali ke camp.
Balado terong + bakwan goreng pukul 18.00
Waktunya masak memasak ala master chef. Hahaha.  Semua bahan dan peralatan memasak dikeluarkan dari persembunyian. Kemudian mencari tempat yang cukup nyaman untuk memasak. Menu makan malam kali ini adalah balado terong + bakwan goreng spesial. Hehehe. Kelompok kami mulai berbagi tugas. Aku,Ili dan mbak Dian memotong terong dan menyisir jagung muda. Mas Gerry memasak air dan Pai menjaga lilin untuk penerangan sambil membantu yang lain. Jin botol (Fajar) belum juga keluar dari botol, katanya ijin berangkat nyusul sore hari dari kampus. Terong dan jagung sudah selesai diiris. Tanganku dengan penuh rasa lapar mengambil sedikit demi sedikit potongan jagung mentah untuk mengganjal perut. Manis rek..!   Aku ketagihan lalu mengambil tongkol jagung yang sudah disisir. Berharap masih ada biji jagung yang tertempel untuk dimakan.
Sambil membuat adonan untuk bakwan, semua mencoba rasa jagung mentah yang memang rasanya enak dan legit. Teringat kalau beras kelompok dibawa Fajar dan sampai saat itu dia belum datang. Akhirnya kami ngutang beras ke kelompok lain dengan perjanjian akan dikembalikan saat Fajar sudah datang. Beras sudah didapat, mas Gerry mulai mempersiapkan untuk menanak nasi. Setelah nasi matang, dilanjutkan menggoreng terong tanpa bumbu. Terong selesai digoreng, lanjut menggoreng bakwan. Sreeeng sreeeng, dan gosong. Mungkin api terlalu besar ya. Mbak Dian mencoba menggoreng lagi. Hasil cukup memuaskan meski ga cumlaude. Halaaaah. Aroma bakwan mengundang kelompok lain untuk datang dan mencicipi. Tanpa marah dan terusik dengan kelompok lain, kami saling berbagi makanan. Kebersamaan khas pecinta alam inilah yang aku suka. Semua sama tanpa ada perbedaan.
Akhirnya Fajar tiba. Tepat saat makanan hampir selesai dimasak. Bakwan sudah siap, lanjut dengan terong balado. Bumbu balado resep rahasia ala mbak Dian mulai ditumis. Terong goreng dimasukkan, dibolak – balik sampai bumbu meresap sempurna. Ili mulai menyiapkan wadah. Menata nasi, bakwan dan balado terong untuk dilombakan. Yang lain menata di piring untuk makan bersama. Kami makan malam bersama.
Api unggun pukul 22.00
Semua berkumpul mengelilingi api untuk menghangatkan diri. Udara memang mulai dingin saat itu. Acara api unggun diawali dengan yel – yel dari tiap kelompok untuk dilombakan. Setelah yel – yel, lanjut dengan game. Kali ini game bernama kelinci – kelincian. Game yang mendapat protes dari semuanya karena model permainannya sama saja dengan titanic, hanya berbeda namanya. Hahaha
Kelinci sudah tamat, kemudian ganti dengan game meneruskan lirik. Kami dibagi menjadi tiga kelompok. Tiap kelompok harus meneruskan penggalan lirik lagu dengan menyanyikan lagu lain. Awalnya tiap kelompok menyanyikan lagu sesuai lagu aslinya. Lama kelamaan semakin ngelantur, ada yang ganti lirik sesukanya, ada yang berubah genre jadi campursari, pokoknya ga jelas. Hahaha
Semuanya tidak mempermasalahkan  itu, kembali lagi “yang penting hepiii!”. Semua acara yang berlalu memang penuh tawa dan kegembiraan. Malam semakin larut, saatnya berisitrahat. Ada yang tidur di camp, ada yang tidur di sekitar api unggun. Aku memilih untuk tidur di sekitar api unggun, menggunakan sleeping bag sebagai alasnya. Suara ombak, irama gitar dan lantunan lagu yang dinyanyikan bersama - sama menemani tidurku. Blesssss
Minggu pagi 09/10/2011
Wajah masih kusut khas bangun tidur, aku dan teman sekelompok mempersiapkan bahan untuk memasak. Menu kala itu adalah soto + tempe goreng. Seperti sebelumnya,kami berbagi tugas agar proses memasak cepat selesai. Setelah semua siap dihidangkan, kami sarapan bersama. “tempenya enak banget” batinku. Mengalahkan tempe goreng yang ada di burjo seluruh penjuru Yogjakarta.”kriukkk”  hahahaha
Rock Climbing!!! Pukul 09.00
Jujur, ini adalah momen yang paling saya tunggu. Panjat tebing..!! Saya belum pernah sekalipun memanjat tebing. Karena itulah saya sangat tertarik. Climb area terletak tidak begitu jauh dari camp. Setelah sampai, aku dan teman - teman langsung pemanasan. Usai pemanasan, kami mulai memasang webbing. Satu persatu mulai memanjat. Ada 3 jalur yang disediakan. “ayo cepet nyobain ka!” ujar teman - teman Palapsi. “yohaa” sambil menunggu ada jalur yang tidak dipakai. Saatnya tiba! Dalam hati seneng ga karuan. Dengan beberapa pengarahan dari teman - teman Palapsi yang sekali lagi berbagi ilmu tanpa merasa mereka lebih bisa, membuat saya siap untuk memanjat! Bismillah. “Lets rock!”. Kaki dan tangan mulai bergerak mencari point yang pas dan terus memanjat. Akhirnya, jalur pertama sukses sampai puncak. Tak lupa difoto dulu. Hehehehe. Sampai dipuncak aku mencoba untuk climb down. Alhamdulillah turun dengan sukses.
Jalur 2, sesuai perkiraan jalur ini lebih susah. Saat coba memanjat, baru sampai tengah aku sudah jatuh. Terus mencoba tapi masih belum bisa sampai ujung atas. Sepertinya harus lebih banyak latihan. Aku beristirahat sejenak karena badan mulai lelah. Setelah itu aku kembali mencoba dan mencoba. Maklum, panjat tebing seperti ini jarang - jarang saya bisa mengikutinya.
Istirahat dan persiapan pulang pukul 12.30
Kami diberi waktu untuk istirahat sebelum perjalanan pulang. Ada yang menggunakan waktu istirahat untuk tidur, ada yang bermain air di pantai,dll. Saya masih di tempat panjat tebing. Mengamati bagaimana proses cleaning dan bertanya nama beberapa alat yang digunakan untuk memanjat. Setelah proses cleaning selesai, kami kembali ke camp untuk packing. Sekitar pukul 15.00 lebih, kami beranjak meninggalkan pantai Siung dan kembali ke kampus.
Sekret Palapsi pukul 17.00
Kloter pertama sampai. Saya langsung  mencari kursi panjang dan tidur. Saat kloter kedua sampai, saya terbangun dan membantu cuci alat (culat). Semua bergotong – royong membersihkan alat bekas dipakai saat fun Siung seperti matras, carmantel, carabiner, omega, dll. Masih dengan suasana kegembiraan, semua bercanda satu sama lain untuk mengusir kelelahan. Beberapa menit kemudian saya pamit pulang.
Benar – benar pengalaman yang  seru! Dari sini aku belajar banyak hal. Mulai dari kerendahan hati, kebersamaan, gotong – royong, saling berbagi dan juga menghargai alat.  Pada akhirnya saya merasa ”sepertinya dunia saya tidak jauh-jauh dari kepecinta alaman”.