Thursday, December 13, 2012

hangat, terang dan rapuh


Tatapan yang hanya tertuju pada satu titik semu. Ibarat manusia jaman dahulu yang hidup di mulut goa. Mereka menatap api yang menyala, membelakangi dunia luar dibalik matanya. Hanya terpusat pada cahaya api yang hangat, terang dan rapuh. Mereka enggan berbalik dan menatap dunia luas. Enggan atau takut? Entahlah.
Seutas perumpamaan.
Ketika seseorang dengan rasa dan logika menganggap sesuatu adalah benar baginya tanpa melihat sisi lain. Melihat dengan perspektif berlebih tentang apa dan bagaimana. Hitam dimatanya pun terlihat putih, hijau dimatanya pun telihat putih. Kenapa? Karena tak tahu kalau dunia tak sekecil dibayangannya. Tak tahu kalau ada deburan ombak di tepian pantai, tak perduli ada bintang dan bulan bersinar, tak pernah melihat matahari terbit dan tenggelam dari puncak gunung, tak melihat indahnya dunia. Kenapa? Karena dirinya hanya melihat api yang hangat, terang dan rapuh. Rapuh, dan akan benar benar rapuh hingga saat api yang dirasa terang dan hangat ternyata tinggal abu

No comments:

Post a Comment