Tatapan
yang hanya tertuju pada satu titik semu. Ibarat manusia jaman dahulu yang hidup
di mulut goa. Mereka menatap api yang menyala, membelakangi dunia luar dibalik
matanya. Hanya terpusat pada cahaya api yang hangat, terang dan rapuh. Mereka
enggan berbalik dan menatap dunia luas. Enggan atau takut? Entahlah.
Seutas
perumpamaan.
Ketika
seseorang dengan rasa dan logika menganggap sesuatu adalah benar baginya tanpa
melihat sisi lain. Melihat dengan perspektif berlebih tentang apa dan
bagaimana. Hitam dimatanya pun terlihat putih, hijau dimatanya pun telihat
putih. Kenapa? Karena tak tahu kalau dunia tak sekecil dibayangannya. Tak tahu
kalau ada deburan ombak di tepian pantai, tak perduli ada bintang dan bulan
bersinar, tak pernah melihat matahari terbit dan tenggelam dari puncak gunung,
tak melihat indahnya dunia. Kenapa? Karena dirinya hanya melihat api yang
hangat, terang dan rapuh. Rapuh, dan akan benar benar rapuh hingga saat api
yang dirasa terang dan hangat ternyata tinggal abu
No comments:
Post a Comment