Waktu senja di pagi hari. Bahkan ketika
mataku baru mulai membuka jendela kehidupan, kenapa tak ada rasa bahagia muncul
dari jiwa yang baru menghirup udara sejuk segar? Serta embun yang sedikit demi
sedikit menetes dari ujung ujung daun hijau dengan berjuta harapan indah. Namun
sirna. Tetesan cermin kesejukan dan kebahagiaan. Tapi berubah tangis, kenapa
dengan itu? Terus kau menghilang. Melihat aku seperti orang mati yang tak
berguna untuk apapun. Hingga mungkin kau berfikir aku tak memiliki rasa. Ya, aku
cuma bisa bertahan. Kau tahu tapi mengapa kau begitu. Semua aneh. Entah apa kau
memang tega, atau bagaimana yang kau ingin lakukan kepadaku. Aku benar benar
tak tahu. Bertahanlah ka, bertahanlah.bertahan dengan rasa cinta dan kasih
sayang yang dalam. Dan sampai sekarang, yakinlah dengan kepercayaanmu.
Kepercayaan yang memang di suatu sisi membuatmu ragu. Kehancuran dan
kebahagiaan seperti menampar di tiap bagian hati. Remukkan saja aku kalau
memang itu maumu. Namun bila itu bukan maksudmu, jangan terus kau begini. Aku
terambang dalam lautan kesedihan. Seperti ada seseorang yang menjulurkan
tanganya, kadang sirna, kadang nyata. Suatu saat nanti, dan apabila aku masih
bertahan dengan keyakinan ini, kembalikan aku. Dan aku rasa hanya kamu, dan
hanya kamu satu satunnya separuh jiwa yang bisa mengembalikan keadaan.
Mengembalikan semua jiwaku, yang tinggal kepingan kepingan kecil terpecah
berserakan. Aku ingin dan sangat ingin kita bahagia, tak hanya kamu, tak hanya
aku.
No comments:
Post a Comment